Jumat, 19 September 2008

'HELLBOY 2, GOLDEN ARMY', Membendung Serbuan Pasukan Emas


Pintu gerbang neraka telah dibuka dan makhluk-makhluk penghuninya yang lama tertidur pun siap keluar untuk menguasai bumi. Kehancuran tak lagi dapat dihindarkan.
Satu-satunya harapan bagi keselamatan bumi hanyalah Hellboy. Hellboy sebenarnya adalah penghuni 'sisi lain' yang terdampar di bumi dan akhirnya menjadi bagian dari BPRD (Bureau for Paranormal Research and Defense). Biro ini secara rahasia menjadi satu sektor pertahanan Amerika dari sisi paranormal. Namun dengan adanya serangan ini, FBI terpaksa harus mengakui keberadaan BPRD.
Film besutan sutradara Guillermo del Toro yang mengambil lokasi pengambilan gambar di berbagai tempat di Eropa ini dirilis Universal Pictures Juli kemarin.
Satu lagi film yang dibuat dengan harapan bisa mengekor sukses film pertamanya. Bila bagian pertama dibuat berdasarkan cerita komik asli dari HELLBOY, bagian kedua ini dibuat secara lepas, artinya tidak lagi berdasar pada sumber aslinya, komik.
Film ini menyajikan adegan pertarungan kolosal yang tak jauh beda dengan beberapa film laga keluaran terakhir seperti THE INCREDIBLE HULK atau HANCOCK. Jadi kalau kita mau bicara tentang adegan action mungkin tak ada yang baru dari film ini. Lalu apa yang membuatnya berbeda dari film-film fiksi ilmiah lain yang juga dibuat berdasarkan komik?
Jawabnya mungkin adalah adanya unsur metafisika dalam film ini. Alih-alih menggunakan jalan cerita yang berbau teknologi tinggi, film ini malah bicara tentang 'alam lain' yang notabene dianggap tak ada oleh sebagian masyarakat Barat.
Hal lain yang menarik dari film ini adalah imajinasi Guillermo del Toro yang liar seolah tanpa batas. Dan bagusnya lagi ia mampu menerjemahkan imajinasi liarnya ke dalam bentuk visual yang dapat dilihat orang lain. Menonton film ini kita seolah sedang mendengarkan dongeng yang sedang dibacakan oleh sang sutradara.
Dari jalan cerita, mungkin tak banyak yang bisa dikupas, film dari genre ini memang selalu mengusung jalan cerita yang mudah ditebak dan cenderung berjalan lurus. Mungkin karena film ini dibuat untuk dikonsumsi remaja hingga orang dewasa. Membuat jalan cerita yang berbelit-belit justru akan merusak ide dari cerita itu sendiri.
Namun meskipun mengusung jalan cerita yang cenderung polos, hitam dan putih, namun Guillermo del Toro masih menyisipkan satu konflik batin. Hellboy yang sebenarnya adalah makhluk dari 'alam lain' namun dibesarkan di antara manusia harus menghadapi perang batin antara membela makhluk-makhluk lain yang sejenis dengan dirinya atau membela manusia yang selama ini telah menjadi keluarganya. Konflik jadi makin parah saat ia mulai merasakan cinta pada salah seorang manusia.
Ron Perlman yang memerankan Hellboy sejak bagian pertama terasa memang pas untuk membawakan peran ini. Mulai dari nada bicara yang sinis hingga tingkah yang semaunya sendiri pada titik tertentu membuat penonton berpikir: sebenarnya dia ini manusia atau makhluk dari 'alam lain'?
Meskipun termasuk genre film laga, namun film ini banyak memasukkan unsur-unsur humor yang terlihat wajar dan tak dibuat-buat, terutama masalah hubungan antara Hellboy dan Liz Sherman, wanita yang dicintainya. Kekonyolan yang terjadi justru membuat film ini terasa segar

'MAMMA MIA!', Kisah Pengantin Muda Mencari Ayah


Sophie Sheridan (Amanda Seyfried) akan segera menikahi pria idamannya Sky (Dominic Cooper). Namun ia punya satu masalah. Ia tak pernah mengetahui siapa ayahnya sebenarnya. Donna (Meryl Streep), ibunya, tak pernah membuka rahasia ini selama bertahun-tahun. Bertekad ingin didampingi ayahnya saat pernikahan nanti, Sophie lalu membuka buku harian ibunya berharap bisa menemukan identitas ayahnya.
Dari buku harian itu, Sophie hanya berhasil menemukan tiga nama pria yang pernah singgah di hati ibunya, namun tak satu kata pun menyebutkan siapa ayah Sophie sebenarnya. Sophie punya satu kesempatan untuk mencari tahu jati diri ayahnya. Ia lalu mengundang Sam Carmichael (
Pierce Brosnan), Harry Bright (Colin Firth), dan Bill Anderson (Stellan SkarsgÄrd) untuk datang ke pesta pernikahannya dengan harapan bahwa salah satu dari ketiga pria ini adalah ayahnya.
Tak banyak produser atau sutradara yang berani membuat film musikal. Mungkin karena film dari genre ini tak terlalu banyak disukai publik film. Salah satunya adalah film MAMMA MIA! ini. Film drama yang diadaptasi dari drama musikal West End dengan judul yang sama ini diilhami lagu ABBA masih dengan judul yang sama juga. Mengambil lokasi shooting di berbagai tempat termasuk London, Venisia, Maroko, dan tentunya Yunani.
Film musikal dengan bumbu komedi mencoba mengulang kesuksesan versi teaternya yang konon telah ditonton lebih dari 30 juta orang di 170 kota di seluruh dunia. Melihat deretan nama beken yang dipasang sebagai pemeran film ini, nampaknya ada sedikit ketakutan bahwa film ini akan gagal menembus box office.
Dengan memasang nama-nama besar seperti
Meryl Streep, Pierce Brosnan dan Colin Firth setidaknya film ini akan punya daya jual lebih tinggi. Dan sepertinya keputusan ini membuahkan hasil yang bagus. Sejak dilansir awal Juli lalu, film ini sudah menghasilkan US$418 juta lebih dari dana pembuatan yang cuma US$52 juta.
Dari sisi akting, ketiga nama besar tadi memang tak perlu diragukan lagi. Terutama
Meryl Streep yang seolah menjadi pusat perhatian dalam film ini. Bila melihat ke belakang, reputasi aktris ini memang mengagumkan. Ia bisa memerankan hampir semua jenis karakter dengan penjiwaan yang baik.
Sementara di sisi cerita, ide dasar cerita ini bisa dibilang sangat story book. Artinya jalan cerita seperti ini hanya mungkin terjadi dalam dongeng-dongeng yang selalu berakhir bahagia. Meskipun dalam film ini kita disuguhi scene-scene yang penuh dengan warna, namun sebenarnya jalan cerita dari film ini bisa dibilang hanya hitam dan putih. Semua seolah bisa diselesaikan dengan mudah.
Bagi yang tak terlalu menyukai film bertema musikal mungkin film ini agak sulit 'dimengerti'. Namun bisa jadi film ini memang ditujukan untuk para penggemar film-film dari genre ini atau setidaknya yang ingin bernostalgia dengan hits-hits ABBA yang memang memenuhi sepanjang film ini.

'THE DARK KNIGHT', The Joker Hantui Gotham City


Di saat kota Gotham mulai 'bersih' dari kejahatan, tiba-tiba saja muncul serangkaian perampokan dan pembunuhan yang didalangi seorang penjahat yang berwajah aneh, Joker (Heath Ledger). Bruce yang semula berharap bisa beristirahat dari 'perannya' sebagai Batman (Christian Bale) terpaksa harus turun tangan melacak pelaku kejahatan ini.
Dalam melakukan perampokan, Joker terkenal tak ragu-ragu untuk menghabisi nyawa korban bahkan anak buahnya sendiri hanya untuk membuktikan bahwa ia tak main-main. Setelah mengacaukan kota Gotham, Joker memberikan tawaran menggiurkan pada sindikat kejahatan kota Gotham yang mulai ketakutan pada Batman. Dengan imbalan setengah dari asset mereka, Joker akan menghabisi Batman. Joker kemudian memberikan tuntutan agar kota Gotham menyerahkan Batman atau Joker akan membunuh lebih banyak orang lagi sampai Batman menyerahkan diri.
Dengan bantuan Letnan James Gordon (
Gary Oldman), jaksa Harvey Dent (Aaron Eckhart), dan Rachel Dawes (Maggie Gyllenhaal), Batman kemudian berusaha melacak Joker ini. Di saat yang sama warga kota Gotham mulai merasa bahwa keselamatan mereka terancam sampai mereka menyerahkan Batman pada Joker.
Saat Bruce akhirnya memutuskan akan mengaku bahwa ialah sebenarnya yang selama ini menjadi Batman, Harvey justru tampil dan mengaku bahwa ia adalah Batman. Polisi pun kemudian menangkap Harvey dengan maksud menyerahkannya pada Joker. Saat Harvey sedang berada dalam mobil yang akan mengantarnya menuju tempat Joker, mobil ini diserang oleh Joker dan anak buahnya. Dalam pertempuran ini, Joker akhirnya berhasil diringkus namun Harvey dan Rachel menghilang.
Ternyata anak buah Joker berhasil menangkap Harvey dan Rachel dan berencana membunuh mereka berdua. Batman yang berusaha melacak keberadaan Harvey Rachel datang terlambat. Rachel meninggal sedangkan Harvey menderita luka bakar yang lumayan parah. Sementara di saat yang sama Joker justru berhasil melarikan diri dari tahanan. Namun masalah Batman belumlah berakhir. Harvey yang sebelah wajahnya terbakar justru menyimpan dendam pada Batman, Gordon, dan Joker akhirnya menjadi Two Face, musuh besar Batman. Sementara di dalam Wayne Enterprise sendiri ada seorang yang mengetahui bahwa Bruce Wayne adalah Batman.
Film THE DARK KNIGHT ini adalah kelanjutan dari film BATMAN BEGINS yang dirilis tahun 2005 kemarin. Penyutradaraan film ini masih dipercayakan pada Christopher Nolan yang juga menggarap BATMAN BEGINS. Para pemeran lama pun masih tetap dipercaya memegang peran yang sama dalam film ini kecuali Katie Holmes yang dalam film ini digantikan oleh
Maggie Gyllenhaal.
Walaupun mengambil tema superhero, namun film ini jauh dari berkesan fantastis dalam artian bahwa film ini masih berpijak pada logika dan hukum alam kecuali mungkin adegan saat Batman membengkokkan laras senapan dengan tangan kosong. Karakter Batman tak pernah digambarkan sebagai tokoh yang memiliki kekuatan super seperti halnya superhero lain. Tokoh ini masih bisa terluka dan yang lebih penting Batman masih punya emosi naluri sebagai manusia biasa.
Dalam film ini, pembentukan karakter pun berjalan dengan wajar. Artinya tak ada tokoh jahat yang tampil tanpa latar belakang psikologis yang 'membenarkan' tindakannya. Misalnya saja tokoh Two Face yang berubah menjadi tokoh jahat karena dendamnya setelah Rachel, kekasihnya, meninggal dalam sebuah insiden penyanderaan. Titik balik ini pun berjalan mulus tanpa ada kesan bahwa perubahan psikologis yang dialami Harvey jadi dipaksakan.
Yang menarik mungkin adalah akting
Heath Ledger yang bisa dibilang memukau. Tak percuma Heath menghabiskan waktu 1 bulan menyendiri untuk 'mendalami' karakter tokoh Joker yang sadis. Heath mampu memberikan definisi baru pada musuh besar Batman ini. Heath mampu menuangkan definisi 'sadis' dan 'psikopat' pada perannya sebagai Joker.
Timing dialog yang dibawakan para pemeran lain pun terasa alami dan tak ada kesan bahwa kata-kata itu sudah dikonsepkan sebelumnya. Begitu juga dengan teknik sinematografi dan sudut pengambilan gambar yang menyatu dengan 'jiwa' dari film yang penuh koflik batin dan berkesan suram ini. Ini tentunya tak lepas dari campur tangan sang sutradara Christopher Nolan yang juga mengerjakan film-film kelas atas seperti MEMENTO, INSOMNIA atau THE PRESTIGE.
Adegan pertempuran Batman sebagian besar diambil dari jarak dekat sehingga agak sulit diikuti. Bisa jadi ini sebagai antisipasi karena Christian Bale tentunya tak akan mampu bergerak dengan sangat lincah dengan pakaian seperti itu.
Penyelesaian film ini pun terasa masuk akal. Tak ada kesan bahwa Batman adalah 'segalanya'. Mungkin ini agak sedikit menyimpang dari kisah asli dalam komik. Namun secara keseluruhan THE DARK KNIGHT adalah tontonan yang tak berusaha menggurui atau menganggap bodoh penonton.

'DORAEMON THE MOVIE: NOBITA'S DINOSAUR', Bertualang Bersama Dinosaurus

Secara tak sengaja Nobita berhasil menemukan sebuah telur raksasa yang ternyata adalah telur dinosaurus. Nobita kemudian bertekad untuk menetaskan telur raksasa tersebut untuk membuktikan bahwa telur itu memang telur dinosaurus.
Saat menetas, ternyata telur itu memang telur dinosaurus. Nobita yang ingin memelihara dinosaurus itu kemudian mengalami kesulitan saat dinosaurus yang diberi nama Pisuke itu kemudian tumbuh besar dan tak lagi bisa disembunyikan dalam kamar Nobita.
Dengan bantuan Doraemon, Nobita kemudian memindahkan Pisuke ke sebuah danau agar ia bisa bersembunyi di sana. Celakanya beberapa warga setempat kemudian melihat Pisuke dan mulai panik. Mereka mengira ada binatang liar yang berkeliaran di sekitar mereka.
Doraemon dan Nobita tak punya pilihan selain mengembalikan dinosaurus itu kembali ke jamannya. Dengan menggunakan mesin waktu, mereka kemudian memulangkan Pisuke kembali ke jamannya. Sayangnya rencana ini harus berantakan saat seorang penjahat berusaha menangkap Pisuke untuk keperluan pribadi mereka.
Film animasi karya sutradara Ayumu Watanabe ini sebenarnya sudah dilepas sejak tahun 2007 kemarin. Film ini adalah remake dari film Doraemon yang dilepas sekitar tahun 80-an. Walaupun bisa dibilang bahwa Ayumu Watanabe sebagai sang sutradara mencoba untuk tetap mempertahankan ide awal dari film ini, namun toh ia sempat membuat beberapa perubahan dari karya remake-nya ini.
Dari sisi alur cerita, gaya film layar lebar ini tak jauh beda dengan serial TV-nya. Tokoh-tokoh yang ditampilkan pun masih sama dengan film serial TV-nya. Bedanya di sini mungkin adalah durasinya yang membuat penggarapan cerita jadi lebih detail.
Film animasi yang satu ini bisa dibilang unik lantaran tidak seperti tren sekarang dimana animasi dikerjakan dengan komputer, film ini sepenuhnya masih mengandalkan goresan tangan secara tradisional. Secara teknis, teknik ini memiliki beberapa cacat terutama pada goresan outline yang masih terlihat kasar. Namun di sisi lain, teknik ini juga seolah memberikan 'nyawa' pada film animasi ini. Warna-warna cerah yang digunakan juga cukup memanjakan mata dan jadi sekedar pengobat rindu pada tokoh Doraemon

'STAR WARS: THE CLONE WARS'

Dikisahkan bahwa di tengah-tengah berkecamuknya perang antara Galactic Republic dan Separatists terjadi sebuah kasus penculikan yang menggegerkan. Putra Jabba the Hutt diculik sekelompok orang yang tak dikenal. Jabba mendapat kesan bahwa Jedi berada di balik kasus penculikan ini.
Untuk menghindari semakin parahnya keadaan, Master Yoda mengirim Anakin Skywalker (Matt Lanter) dan Obi-Wan Kenobi (James Arnold Taylor) untuk menyelidiki kasus ini dan mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas penculikan ini.
Dalam penyelidikan ini, tak disangka-sangka Anakin harus kembali bertarung dengan musuh bebuyutannya Count Dooku (Corey Burton) sementara Obi-Wan harus menghadapi Asajj Ventress(Grey DeLisle).
FIlm animasi ini mengambil setting di antara STAR WARS: ATTACK OF THE CLONES dan STAR WARS: REVENGE OF THE SITH. Entah kenapa tapi sang sutradara memutuskan untuk menggarap film animasi ini dengan gaya retro. Jadi jangan berharap mendapat suguhan animasi memukau mirip FINAL FANTASY misalnya.
Namun secara artistik, walaupun bergaya retro, film ini cukup menarik. Penggambaran latar belakang dan tokoh dari film ini cukup enak untuk dilihat. Ada kesan seolah-olah kita sedang menonton film yang tokoh-tokohnya adalah boneka dari kayu.
Sayangnya dialog antar tokoh seolah kurang digarap sungguh-sungguh. Percakapan yang terjadi terasa kurang meyakinkan. Mirip film-film kartun televisi yang diputar sekitar tahun 80-an. Atau bisa jadi sang sutradara benar-benar ingin menyajikan film animasi dengan gaya tahun 80-an. Keadaan jadi semakin parah karena tokoh-tokoh digambarkan seolah tanpa emosi. Tidak ada ekspresi yang terlihat pada wajah mereka.
Atau bisa jadi film ini adalah konsumsi anak-anak sehingga logika, karakter dan dialog dibuat sesederhana mungkin. Yang jelas, untuk penggemar STAR WARS, film ini bisa jadi tak terlalu menarik untuk ditonton

'AYAT-AYAT CINTA'

Film ini diangkat dari novel best seller karya Habiburrahman El Shirazy atau biasa disapa Kang Abik, novelis lulusan Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Novel tersebut berkisah tentang cinta dan telah banyak menginspirasi banyak remaja muslim. Bukan sekedar kisah cinta biasa tapi mengenai upaya menghadapi berbagai problema cinta secara Islami. Setelah mengalami penundaan tayang yang sebelumnya direncanakan pada Idul Adha 2007, akhirnya AYAT-AYAT CINTA (AAC) tayang mulai 28 Februari 2008.
Film yang dibintangi oleh
Fedi Nuril, Rianti Cartwright, Carissa Putri, Zaskia Adya Mecca, dan Melanie Putria ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Tokoh utamanya, Fahri bin Abdillah diamanahkan pada Fedi Nuril. Pemilihan Fedi sebagai tokoh utama melalui proses tarik-ulur karena sosok Fedi yang tidak 'sesuci' Fahri mengundang kesangsian di kalangan pembaca fanatik AAC.
Fahri diceritakan sebagai pelajar Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir. Hidup Fahri dikejar oleh target karena keluarganya telah mengorbankan segalanya, termasuk sawah warisan kakeknya, agar dia bisa sekolah di Mesir. Fahri berusaha memenuhi target yang digambarkan dalam peta hidupnya, berjuang melawan panas-debu Mesir dan keterbatasan dana. Fahri bertekad menyelesaikan masternya dalam dua tahun, program doktor dalam empat tahun, dan empat tahun kemudian menjadi guru besar.
Fahri juga memiliki target untuk menikah dengan perempuan yang shalehah untuk menyempurnakan agamanya saat dia menyelesaikan tesis magister. Dan waktunya semakin dekat. Sayang Fahri yang hidup 'lurus' sulit dekat dengan wanita, meski ada beberapa wanita yang ada di sekitar kisah hidupnya.
Ada Maria Girgis (
Carissa Putri), tetangga satu flat yang beragama Kristen Koptik tapi mengagumi Islam dan senang membaca Al Quran, bahkan hafal surat Maryam. Tak hanya Islam, Maria juga mengagumi Fahri yang kemudian berubah menjadi cinta. Sayang rasa cinta itu hanya tertumpah di buku hariannya.
Ada pula rekan senegara Fahri, Nurul (
Melanie Putria) anak tunggal seorang kyai Jawa Timur yang juga menuntut ilmu di Al Azhar. Nurul yang pintar dan cantik, juga ketua Wihdah, sebenarnya mencintai Fahri, namun tak pernah memiliki keberanian untuk mengungkapkan atau memberi sinyal cintanya. Demikian pula dengan Fahri yang menaruh hati pada Nurul tapi merasa minder karena dirinya hanya anak petani miskin.
Kemudian ada Noura (
Zaskia Adya Mecca), tetangga depan flat Fahri, perempuan cantik yang selalu disiksa oleh ayahnya, Bahadur. Fahri yang berempati dengan Noura akhirnya menolong Noura lepas dari siksaan ayahnya dengan bantuan Maria dan Nurul. Noura yang awalnya digambarkan sebagai perempuan baik-baik, akhirnya menjadi tokoh antagonis di film ini, setelah Noura menuduh Fahri memperkosanya. Tuduhan itu membawa Fahri mengalami 'petualangan' dengan aparat penegak hukum di Mesir, termasuk penjaranya.
Satu lagi, gadis yang paling istimewa. Fahri mengenalnya di metro. Saat itu Fahri membela Islam atas tuduhan tuduhan kolot dan kaku. Aisha (
Rianti Cartwright), gadis Turki-Jerman berdarah Palestina, pun jatuh cinta pada Fahri. Dan Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya.
Pada siapa Fahri akan melabuhkan hatinya? Dapatkah dia menjalani segala rasa cinta dan problema yang mengiringinya dengan tetap berpegang teguh pada Islam yang diyakininya?
Sejak awal rencana pembuatan film ini para penggemar fanatik novel AAC tidak yakin
Hanung dapat membuat film ini sebagus novelnya. Bahkan Kang Abik tak berharap banyak atas hasil akhir film adaptasi dari novelnya, karena imajinasi tulisan jauh lebih luas daripada imajinasi visual. Banyak juga yang beranggapan Zaskia tidak cocok berperan sebagai Noura, tapi lebih sesuai sebagai Nurul.
Yang namanya film adaptasi pasti tak luput dari pembandingan dengan novel yang diadaptasi. Bagi penggemar Fahri siap-siap kecewa, karena Fahri di film tak sesempurna Fahri di novel. Fahri di film tidak menguasai beberapa keahlian seperti halnya di novel. Karena itulah, Fahri di film terlihat jauh lebih manusiawi dibandingkan novelnya.
Sayangnya, banyak detail di novel yang dilewatkan oleh
Hanung, sehingga terasa ada yang kurang saat menontonnya. Hanung juga lebih banyak memberi porsi pada perilaku 'poligami' Fahri. Padahal novel Kang Abik berkisah lebih (jauh lebih dalam) dari hanya persoalan 'poligami'.
Satu lagi yang paling mengganjal adalah kemampuan orang-orang Mesir dalam memahami dan berbicara bahasa Indonesia. Film yang bersetting di Mesir ini lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia. Saat menontonnya tak ayal ingatan jatuh ke film James Bond tahun 1970-an yang mana orang-orang Uni Soviet sangat fasih berbahasa Inggris.
Meski demikian, sekali lagi,
Hanung menunjukkan kualitas tangan dinginnya dalam membesut film untuk kalangan anak muda. Meski ada beberapa yang berbeda dengan novelnya, namun penceritaan Hanung sangat cimaik, khas anak muda, serta mudah diikuti bagi yang belum pernah baca novelnya. Beberapa penambahan, seperti adegan pemukulan Fahri di Metro, kisah tabrak lari Maria, justru menambah greget dan menambal 'lubang' dari novel Kang Abik.
Secara umum film chicklit 'akhwat' ini mampu memberi pandangan berbeda tentang arti cinta yang dibalut dengan keimanan.